Algirdas Julian Greimas
adalah salah seorang peneliti Perancis penganut teori struktural (Teeuw,
1984:293). Seperti halnya Propp, Levi-Strauss, Bremond, dan Todorov, Greimas
juga mengembangkan teorinya berdasarkan analogi-analogi struktural dalam
linguistik yang berasal dari Saussure (Hawkes, 1978:87). Sebagai seorang
penganut teori struktural, ia telah berhasil mengembangkan teori strukturalisme
menjadi strukturalisme naratif dan
memperkenalkan konsep satuan naratif terkecil yang disebut aktan. Teori ini dikembangkan atas dasar analogi-analogi struktural
dalam linguistik yang berasal dari Ferdinand de Saussure, dan Greimas menrapkan
teorinya ini dalam dongeng atau cerita rakyat Rusia.
Aktan dalam teori
Greimas, ditinjau dari segi tata cerita menunjukkan hubungan yang berbeda-beda.
Maksudnya, dalam suatu skema aktan suatu fungsi dapat menduduki beberapa peran,
dan dari karakter peran kriteria tokoh dapat diamati. Menurut teori Greimas,
seorang tokoh dapat menduduki beberapa fungsi dan peran di dalam suatu skema
aktan (Greimas, 1983:202).
Teori struktural
berdasarkan penelitian atas dongeng dikembangkan oleh Vladimir Propp seperti
tampak dalam bukunya Marphology Of The
Folk Tale (1975, edisi aslinya 1928 dalam bahasa Rusia) (Greimas,
1983:200), yang kemudian diterjemahkan oleh Noriah Taslim menjadi Morfologi Cerita Rakyat (1987). Dalam
buku itu Propp menelaah struktur cerita dengan mengandalkan bahwa struktir
cerita analog dengan struktur sintaksis yang memiliki konstruksi dasar subjek
dan predikat. Atas dasar itu;ah Propp (Via Greimas, 1983:222) menerapkannya ke
dalam seratus dongeng Rusia, dan ia akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa
seluruh korpus cerita dibangun atas perangkat dasar yang sama, yaitu 31 fungsi
(lihat A.J. Greimas, 1983: 223-224). Setiap fungsi adalah satuan dasar “bahasa”
naratif dan menerangkan kepada tindakan yang bermakna yang membentuk naratif.
Selain itu, Propp juga menjelaskan bahwa fungsi-fungsi itu dapat disederhanakan
dan dikelompok-kelompokkan ke dalam tujuh “lingkaran tindakan” (spheres of action) karena kenyataannya
banyak fungsi yang dapat bergabung secara logis ke dalam tindakan tertentu.
Tujuh “lingkaran tindakan” itu masing-masing (1) villain ‘penjahat’, (2) donor provider
‘pemberi bekal’, (3) helper
‘penolong’, (4) sought-for person and her
father ‘putri atau orang yang dicari
dan ayahnya’, (5) dispatcher ‘yang
memberangkatkan’, (6) hero
‘pahlawan’, (7) false hero ‘pahlawan
palsu (Greimas, 1983:200-201).
Melalui stuctural semantics (1983), Greimas
hanya menawarkan sebuah penghalusan atas teori Propp seperti yang telah
diuraikan di atas. Dijelaskan pula bahwa Greimas lebih strukturalis daripada
Propp. Apabila Propp hanya memusatkan perhatian pada satu jenis tunggal, yakni
kerangka cerita dongeng, Greimas lebih luas jangkauannya, yakni sampai pada
“tata bahasa” naratif yang universal dengan menerapkan padanya analisis
semantik atas struktur. Karena Greimas lebih berpikir dalam term relasi antara
kesatuan-kesatuan daripada pelaku dengan satuan-satuan dalam dirinya sendiri,
untuk menjelaskan urutan naratifnya yang memungkinkan ia meringkas 31 fungsi
yang diajukan Propp menjadi 20 fungsi. Fungsi-fungsi itu ialah (1) absentation, (2) interdiction vs violation, (3) reconnaussance
vs information, (4) fraud vs
compicity, (5) villainy vs lack,
(6) mediation vs begining counteraction,
(7) depature, (8) the first function of the donor vs the hero
reaction, (9) receipt of a magical
agent, (10) spatial translocation,
(11) struggle vc victory, (12) marking, (13) liquidated of the lack, (14) return,
(15) pursuit vs rescue, (16) unrecognised arrival, (17) the difficult task vs solution, (18) recognnition, (19) exposure vs transfiguration, (20) punishment vs wedding (Greimas, 1983:224-225). Dua puluh fungsi itu
dikelompokan lagi ke dalam tiga syntagmes (struktur), yaitu: (1) syntagmes contractuels (contractual structur
‘berdasarkan perjanjian’), (2) syntagmes
perfomanciel (disjunctive structures ‘bersifat
penyelenggaraan’), dan (3) syntagmes
disjontionnels ( disjunctive structur
‘bersifat pemutusan’) (Greimas, 1983:225-226, Hawkes, 1978:94). Sementara itu
sebagai ganti atas tujuh spheres of
action yang diajukan oleh Propp, Greimas menawarkan three spheres of opposedyang meliputi enam aktans (peran, pelaku),
yaitu: (1) subject vs object ‘subjek
vs objek’, (2) sender vs receiver ( destinateur vs destinataire ‘pengirim
vs penerima), dan (3) helper vs opponent
( adjuvant vs opposant ‘pembantu vs
penentang’) (Greimas, 1983:207; Hawkes, 1978:91-93; Culler, 1975:82).
Epistomologi Strukturalisme A.J. Greimas
Aktan adalah sesuatu yang abstrak
seperti cinta, kebebasan, atau sekelompok tokoh.Pengertian aktan dihubungkan
dengan satuan sintaksis naratif, yaitu unsur sintaksisyang mempunyai
fungsi – fungsi tertentu. Fungsi itu sendiri dapat diartikan sebagaisatuan
dasar cerita yang menerangkan tindakan bermakna yang membentuk narasi.Aktan
dalam teori Greimas menempati enam fungsi, yaitu (1) subjek, (2) objek,
(3)pengirim atau sender, (4)
penerima atau receiver, (5) penolong
atau helper, dan (6) penentang atau opposant. Keenam fungsi aktan yang juga dapat disebut
sebagai tigapasangan oposisional tersebut, apabila disusun dalam sebuah
skema dapat digambarkansebagai berikut (Greimas, 1983:207).
Sender (Pengirim) adalah seseorang atau sesuatu yang menjadi
sumber ide dan berfungsi sebagai penggerak cerita. Sender ini yang menimbulkan keinginan bagi
subjek untuk mendapatkan objek. Object
(Objek) adalah seseorang atau sesuatu yang diinginkan, dicari, atau diburu oleh
pahlawan atas ide pengirim. Subject
(Subjek) atau pahlawan adalah seseorang
atau sesuatu yang ditugasi oleh sender
untuk mendapatkan objek
yang diinginkannya. Helper’penolong’
adalah seseorang atau sesuatu yang membantu atau mempermudah usaha paglawan
dalam mencapai objek. Opponent
‘penentang’ adalah seseorang atau sesuatu yang menghalangi usaha pahlawan dalam
mencari objek . Receiver ‘penerima’
adalah seseorang atau sesuatu yang menerima objek hasil buruan subjek (Greimas,
1983: 202-206). Berkaitan dengan hal itu, di antara sender dan receiver
terdapat suatu komunikasi, di antara sender
dan object ada tujuan, di antara sender dan subject ada perjanjian, di
antara subject dan object ada usaha, dan di antara helper atau opponent dan subject
terdapat bantuan atau tentangan. Perlu diketahu bahwa aktan-aktan itu dalam
struktur tertentu dapat menduduki fungsi ganda bergantung siapa yang menduduki
fungsi subjek.
Selain analisis aktan dan skema
antansial sebagai konsep epistomologi strukturalisme A.J. Greimas, seperti yang
dipaparkan di atas, ia juga mengemukakan model cerita yang tetap sebagai alur,
yang kemudian disebutnya dengan istilah model fungsional. Greimas menyebut model
fungsional sebagai suatu jalan cerita yang tidak berubah-ubah. Model fungsional
memiliki tugas menguraikan tugas subjek dalam rangka melaksanakan tugas dari sender atau pengirim yang terdapat dalam
aktan (Greimas, 1983:247). Atau dalam pengertian yang lain, bahwa model
fungsional itu memiliki cara kerja yang tetap karena memang sebuah cerita
selalu bergerak dari situasi awal ke situasi akhir. Adapun operasi
fungsionalnya dibagi menjadi tiga tahap seperti tampak dalam tabel berikut.
Situasi awal: cerita diawali dengan
munculnya pernyataan adanya keinginan untuk mendapatkan sesuatu. Di sini ada
panggilan, perintah, atau persetujuan. Transformasi : 1) Tahap kecakapan, yaitu
adanya keberangkatan subjek atau pahlawan, munculnya penentang dan penolong,
dan jika pahlawan tidak mampu mengatasi tantangannya akan didiskualifikasi
sebagai pahlawan; 2) Tahap utama, yaitu adanya pergeseran ruang dan waktu ,
dalam arti pahlawan sudah berhasil mengatasi tantangan dan mengadakan
perjalanan kembali; dan 3) Tahap kegemilangan, yaitu kedatangan pahlawan.
Eksisnya pahlawan asli terbongkarnya tabir pahlawan palsu, hukuman bagi
pahlawan palsu, dan jasa bagi pahlawan asli. Situasi akhir, objek telah
diperoleh dan diterima oleh penerima, keseimbangan telah terjadi, berakhirnya
suatu keinginan terhadap sesuatu, dan berakhirlah sudah cerita itu. Perlu
ditambahkan bahwa dua model yang dilakukan oleh Greimas, yakni model aktan dan
model fungsional, memiliki hubungan kuasalitas karena hubungan antar aktan itu
ditentukan oleh fungsi-fungsinya dalam membangun struktur (tertentu) cerita.
Aspek
Aksiologi
Kemampuan
Greimas dalam mengungkap struktur aktan (peran) dan akteur (subjek) menyebabkan
teori naratologi-nya tidak semata-mata bermanfaat dalam menganalisis teks
sastra melainkan juga filsafat, religi, dan ilmu sosial lainnya. Tiga puluh
satu fungsidasar analisis Propp disederhanakan menjadi dua puluh fungsi yang
kemudian dikelompokkan menjadi tiga struktur, yaitu struktur berdasarkan
perjanjian, struktur yang bersifat penyelenggaraan, dan struktur yang bersifat
pemutusan. Demikian juga tujuh ruang tindakan disederhanakan menjadi enam aktan
(peran, pelaku, para pembuat) yang dikelompokkan menjadi tiga pasangan oposisi biner, yaitu subjek dengan objek,
kekuasaan dengan orang yang dianugrahi atau pengirim dan penerima, dan penolong
dengan penentang.
Aktan merupakan peran-peran abstrak
yang dapat dimainkan oleh seorang atau sejumlah pelaku. Aktan merupakan
struktur dalam, sedangkan akteur merupakan struktur luar. Akteur merupakan
manifestasi kongkret aktan. Oleh karena itu, artikulasi akteur menentukan dongeng
tertentu, sedangkan struktur, akan menentukan genre tertentu. Akteur yang sama
pada saat berbeda-beda dapat mempresentasikan aktan yang berbeda-beda.
Sebaliknya, aktan yang sama terbentuk oleh akteur yang berbeda-beda.
Krucutisasi atas penjelasan di atas
ialah aktan terbatas fungsinya dalam struktur naratif, sedangkan akteur
merupakan kategori umum. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menganggap
teori strukturalisme A.J. Greimas ini dapat memudahkan analisis penulis untuk
mengetahui motif cerita dan usaha-usaha sebagai fungsi tindakan tokoh-tokoh
yang terdapat, baik dalam suatu cerita rakyat atau dongeng.
7 komentar:
boleh tau sumbernya dari mana?
saya lupa mencantumkannya di artikel itu.
saya dapat dari sumber/makalah bahan ajar dosen saya, juga dari berbagai buku teori sastra.
Mbak ada bukunya greimas?
Mbak ada bukunya greimas?
kalau khusus greimas ga punya,
terima kasih
Pening palak bos
Posting Komentar
1. Berkomentarlah menggunakan kata yang sopan dan halus
2. Dilarang SPAM!!!
3. Komentar dilarang mengandung SARA!!!
4. Dilarang menghina atau mengejek individu atau kelompok tertentu